Sejarah Maulid
Nabi
pencetus ide peringatan adalah panglima
perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad Pke-6 M), sosok pemimpin pasukan
Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang Salib. Shalahuddin
juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti
Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 Peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW pertama kali diselenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang
terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan M). Seperti disebutkan dalam masanya.Ensiklopedia
Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan Maulid
Nabi dari tahun ke tahun di

Ulama yang mengingkari perayaan bid’ah ini
telah sepakat, demikian juga dengan orang-orang yang mendukung acara bid’ah ini
bahwa Rasulullah –shallallaahu
‘alaihi wa sallam- tidak pernah merayakan maulidnya dan juga tidak
pernah menganjurkan atau memerintahkan hal ini. Para sahabat beliau, para
tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang merupakan orang-orang terbaik umat ini serta
yang paling bersemangat mengikuti Sunnah Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mereka
semuanya tidak pernah merayakan maulid. Tiga generasi umat Islam yang telah
direkomendasi oleh Rasulullah –shallallaahu
‘alaihi wa sallam- berlalu dan tidak di temui pada saat-saat itu
perayaan-perayaan maulid ini. Tapi ketika Daulah Fatimiyyah di Mesir berdiri
pada akhir abad keempat muncullah perayaan atau peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-
yang pertama dalam sejarah Islam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh
al-Migrizii, dalam kitabnya “al-Mawa’idz
wal i’tibar bidzikri al-Khuthath wa al-Aatsar”, “Dahulu para
khalifah/penguasa Fatimiyyun selalu mengadakan perayaan-perayaan setiap
tahunnya, diantaranya adalah perayaan tahun baru, asy-Syura, maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-,
maulid ‘Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein –radhiyallaahu ‘anhum-, dan maulid Fatimah –radhiyallaahu ‘anha- dll.
Kapan Sebenarnya Malam Kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-?
Malam kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak
diketahui secara qath’i
(pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan
bahwa ia terjadi pada malam ke-9 Rabi’ul Awal, bukan malam ke-12. Jika
demikian, peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu
‘alaihi wa sallam- pada malam ke-12 Rabi’ul Awal tidak ada
dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.
Pelopor Pertama Maulid NabiPada tahun 317 H muncul di Maroko sebuah kelompok yang di kenal dengan Fatimiyyun (pengaku keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib) yang di pelopori oleh Abu Muhammad Ubeidullah bin Maimun al-Qoddah. Dia adalah seorang Yahudi yang berprofesi sebagai tukang wenter, dia pura-pura masuk ke dalam Islam lalu pergi ke Silmiyah negeri Maroko. Kemudian dia mengaku sebagai keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib dan hal ini pun di percaya dengan mudah oleh orang-orang di Maroko hingga dia memiliki kekuasaan.
Ibnu Kholkhon4 4. Dia adalah Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Kholkhon, pengikut madzhab Syafi’i. Dia dilahirkan tahun 608 H. Seorang ahli sastra Arab dan penyair. Beliau meninggal pada tahun 681 H dan disemayamkan di Damaskus (Pent). berkata tentang nasab Ubeidillah bin Maimun al-Qoddah : “Semua Ulama sepakat untuk mengingkari silsilah nasab keturunannya dan mereka semua mengatakan bahwa, semua yang menisbatkan dirinya kepada Fatimiyyun adalah pendusta. Sesungguhnya mereka itu berasal dari Yahudi dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qoddah. Ubeidillah binasa pada tahun 322 H, tapi keturunannya yang bernama al-Mu’iz bisa berkuasa di Mesir dan kekuasan Ubeidiyyun atau Fatimiyyun ini bisa bertahan hingga 2 abad lamanya hingga mereka dibinasakan oleh Sholahuddin al-Ayubi pada tahun 546 H.” 5 5. Lihat Firoq Mu’ashiroh oleh DR Gholib Al-’Awajih 2/493-494.
Perlu diketahui bahwa Maimun al-Qoddah ini adalah pendiri madzhab/aliran Bathiniyyah yang didirikan untuk menghancurkan Islam dari dalam. Aqidah mereka sudah keluar dari Islam bahkan mereka lebih sesat dan lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tidak ada yang bisa membuktikan akan hal ini kecuali sejarah mereka yang bengis dan kejam terhadap kaum muslimin, diantaranya : pada tahun 317 H ketika mereka telah sangat berkuasa dan bisa sampai ke Ka’bah mereka membunuh jama’ah haji yang sedang berthowaf pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka jadikan Masjid Haram dan Ka’bah lautan darah di bawah kepemimpinan dedengkot mereka Abu Thohir al-Janaabi.
Abu Thohir ketika pembantaian ini duduk di atas pintu Ka’bah menyaksikan pembunuhan terhadap kaum muslimin/jama’ah haji di Masjid Haram dan dibulan haram/suci. Dia mengatakan : “Akulah Allah, Akulah Allah, Akulah yang menciptakan dan Akulah yang membinasakan” -Mahasuci Allah dari apa yang ia katakan -. Tidak ada seorang yang thowaf dan bergantung di Kiswah Ka’bah melainkan mereka bunuh satu persatu.
Setelah itu mereka buang jasad-jasad tersebut ke sumur zam-zam. Dan mereka cungkil pintu Ka’bah dan mereka sobek kiswah Ka’bah serta mereka ambil hajar aswad dengan paksa. Pemimpin mereka (Abu Thohir) ketika melakukan hal tersebut dia mengatakan : “Dimana itu burung (Ababil), mana itu batu-batu yang (di buat melempar Abrahah)???” Mereka menyimpan hajar aswad di Mesir selama 22 tahun.6 6. Lihat Bidayah wan Nihayah hal. 160-161 oleh Ibnu Katsir. Ini adalah gambaran singkat kekufuran Bathiniyyah.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum
muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari
cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat
jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial, perayaan Maulid
Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad
SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Tercatat dalam sepanjang sejarah
kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa
dalam memberikan teladan agung bagi umatnya.
Keajaiban
Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW
pada 22hb Oktober 2011 pukul 1.57
ptg
Keajaiban Menjelang Kelahiran Nabi
Muhammad SAW
Berawal sekitar 14 abad yang lalu di
sebuah kota kecil, sebuah kota yang panas dan tandus yang dikelilingi oleh
padang pasir dan pegunungan batu, yang jangankan tumbuhan untuk hidup disana,
rerumputan kecil pun sulit untuk ditemukan. Karena tempat yang sangat strategis
kota ini sangat ramai di kunjungi orang-orang sehingga masyarakat yang hidup
disana pun menjadi makmur. Akan tetapi kemakmuran yang mereka dapat tidak
semata mata menjadikan mereka ingat dan bersyukur kepada yang telah memberikan
kepada mereka kemakmuran dan anugerah tersebut.
Kemerosotan moral, pembunuhan,
perang, perbudakan, perampokan merupakan hal yang biasa yang terjadi di zaman
itu. Anak perempuan yang baru lahir di kubur hidup hidup, perempuaan tidak ada
harga sama sekali, yang kuat menindas yang lemah dan menjadikan patung patung
berhala sebagai tuhan mereka, dan melupakan ajaran yang telah dibawa oleh nenek
moyang mereka Ibrahim Alaihisalam, untuk hanya menyembah satu tuhan yaitu
Allah. Hal-hal seperti ini terjadi dimana saja pada saat itu.
Disaat kebuntuaan in terus
merajarela datanglah seorang pembawa cahaya, ibarat bintang yang menghiasi
pekatnya malam. Ia bukan bintang yang biasa, tapi bintang yang sangat luar
biasa, bahkan matahari di siang haripun malu menampakkan sinarnya karena
bintang ini adalah maha bintang yang terlahirkan ke muka bumi, ialah cahaya
dalam kegelapan, ia adalah cahaya di dalam dada, dan ialah Rasulullah Muhammad
SAW.
Tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 570 M, pada saat itu kota Makkah
diserang oleh pasukan tentara yang mengendarai gajah yang dipimpin oleh seorang
yang bernama Abrahah, mereka datang ke kota Makkah dengan maksud untuk
menghancurkan Ka’bah. Akan tetapi Allah berkehendak lain, untuk memuliakan
kelahiran utusannya ke dunia Allah mengirim tentaranya yang berupa ribuan ekor
burung yang membawa batu yang berasal dari neraka untuk menghancurkan tentara
abrahah tersebut. Sehingga tahun tersebut disebut tahun gajah.
Diriwayatkan dari Imam
Shihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Haitami Asy-syafi’i di dalam kitabnya “An-ni’matul
Kubraa ’alal Aalam” di halaman 61.
Telah disebutkan bahwa sesungguhnya
pada bulan ke sembilan kehamilan Sayyidah Aminah (Rabiul Awwal) saat hari-hari
kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw sudah semakin mendekati, Allah swt semakin
melimpahkan bermacam anugerahNya kepada keada Sayyidah Aminah mulai tanggal 1
hingga malam tanggal 12 Rabiul Awwal malam kelahiran Al-Musthofa Muhammad saw.
Pada Malam Pertama (ke 1) :
Allah swt melimpahkan segala
kedamaian dan ketentraman yang luar biasa sehingga beliau (ibunda Nabi Muhammad
saw), Sayyidah Aminah merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah
dirasakan sebelumnya.
Pada malam ke 2 :
Datang seruan berita gembira kepada
ibunda Nabi Muhammad saw yang menyatakan dirinya akan mendapati anugerah yang
luar biasa dari Allah swt.
Pada malam ke 3 :
Datang seruan memanggil “Wahai
Aminah… sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad
Rasulullah saw yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah swt.”
Pada malam ke 4 :
Sayyidah Aminah mendengar seruan
beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan jelas.
Pada malam ke 5 :
Sayyidah Aminah bermimpi dengan Nabi
Allah Ibrahim as.
Pada malam ke 6 :
Sayyidah Aminah melihat cahaya Nabi
Muhammad saw memenuhi alam semesta.
Pada malam ke 7 :
Sayyidah Aminah melihat para
malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa
kabar gembira sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.
Pada malam ke 8 :
Sayyidah Aminah mendengar seruan
memanggil dimana-mana, suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan
“Bahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi
agung, Kekasih Allah swt Pencipta Alam Semesta.”
Pada malam ke 9 :
Allah swt semakin mencurahkan rahmat
belas kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada sedikitpun rasa
sedih, susah, sakit, dalam jiwa Sayyidah Aminah.
Pada malam ke 10 :
Sayyidah Aminah melihat tanah Tha’if
dan Mina ikut bergembira menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw.
Pada malam ke 11 :
Sayyidah Aminah melihat seluruh
penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina
Muham